Rabu, 07 Oktober 2009

SMP Az-Zahra POndok Petir Sawangan Depok

Entah kebetulan atau seperti apa istilahnya, berangkat dari iseng-iseng saya melamar sebagai tenaga pengajar di sekolah ini pasca lulus dari jenjang pendidikan sarjana satu Institut PTIQ Jakarta, yang kata orang spesifik keilmu Al-Qur'anan karena Kurloknya di PTIQ memang seperti itu adanya, seputar ilmu Al-Qur'an walaupun saya masuk kampus ini juga mungkin kebetulan atawa tanpa perencanaan yang sangat matang gitu. Akan tetapi, walau tanpa perencanaan yang sangat matang sekalipun saya mampu menyelesaikan studi tepat waktu sekitar 3 setengah tahunan. Itu bisa membuat saya bangga karena selain kuliah saya juga aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan yang kata sebagian mahasiswa aktif di organisasi hanya akan memebuat tanggal kelulusan kuliah menjadi molor beberapa tahun, dan ternyata itu tidak terjadi berkat keinginan yang kuat dan kemampuan memenej waktu yang menurut saya cukup bagus.

Dari awal yang iseng-iseng itu ternyata ada respon positif dari pihak yayasan yang ternyata secara kebetulan memang lagi membutuhkan orang yang mempunyai skill yang saya miliki alias keal-qur'anan yang saya dapat di PTIQ yang saya masuk di sana pun juga tanpa perencanaan yang matang. Mendapat respon yang cukup baik dari yayasan, saya juga merasa senang walaupun pada awalnya saya mengajukan lamaran berdasarkan iseng-iseng berhadiah. Hal itu terjadi karena aku tidak ingin dikatakan sebagai sarjana pengangguran. Label seperti itu sudah lumrah di sematkan bagi para sarjana yang sudah lulus, tapi setelah lulus ternyata dunia tidak seperti yang dibayangkan dalam cita-citanya semula, dan saya tidak mau itu.

Itu mungkin motifasi awal saya masuk di SMPIP Az-Zahra. Selanjutnya, sampailah saya pada hari dimana saat itu sebagai penandatanganan kontrak dan sehari berikutnya saya langsung aktif mengajar di sana. Pertama mengajar kesannya datar saja, tapi setelah sekitar dua tiga bulan saya mengajar di sekolah ini, baru saya mengakui teori yang diungkapkan para psikolog dan para pakar pendidikan yang mengatakan anak usia ini (SMP) menarik untuk diteliti dari sisi negatifnya.

Setelah dua tiga bulan mengajar di situ yang aku rasakan adalah perasaan yang bercampur aduk antara senang, capek dan kadang-kadang kesal kalau lagi anak-anak susah menerima materi dan kadang suka membangkang, sekali lagi ini tidak jauh berbeda dengan apa yang telah diutarakan oleh para ahli psikologi dan pendidikan. Terlepas dari perasaan saya yang campur aduk, di hati saya yang paling dalam saya rasakan kebahagiaan yang luar biasa karena saya sudah bisa terlibat langsung dalam proses pendidikan yang bersentuhan langsung dengan usaha mencerdaskan generasi bangsa ini, dan semoga berbuat sesuatu yang yang bermanfaat menurut pandangan negara dan agama.

Profesiku yang saat ini saya jalani sudah mulai kujalani dan kunikmati, karena bagaimanapun membangkangnya mereka sudah saya perlakukan seperti adik-adik saya sendiri. Dan sebagai catatan juga sebandel-bandelnya mereka masih bisa kita ubah tergantung kepada bagaimana caranya kita mendekati mereka. Kalau saya mendekati mereka dengan tulus terbukti selama ini mereka masih mengikuti saja, mengertilah dengan kondisi psikologi dan perkembangan usia mereka yang masih belum stabil.

Catatan akhir saya, ternyata sesuatu yang terjadi secara kebetulan itu tidak selamanya membawa kepada ketidak jelasan dan kesusahan, terbukti saya yang kuliah di PTIQ secara kebetulan ternyata lulusnya tidak jadi sarjana pengangguran. Alias masih bisa hidup dengan lumayan layak, walaupun tidak sampai kaya. hahaha. Wallahu A'lam Bisshawab.